Iklim

Adapun dewan kota, kami menggunakan klasifikasi iklim Oldeman, bahkan ketika kami sedang writing dissertation conclusion bersama dengan penulis, dan kami dapat mengatakan bahwa Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, kawasan TN Aketajawe Lolobata termasuk zone agroklimat D1 dengan rata-rata curah hujan tahunan 2356 mm dan hari hujan 122 hari per tahun. Di kawasan Lolobata, rata-rata curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni (293 mm) dan minimum pada bulan Okbtober (111 mm). Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 25,20 C (bulan Juni)  sampai 26,30 C (Januari, Maret, Mei, Nopember). Periode basah (curah hujan > 200 mm) berlangsung selama 4 bulan (April – Juli) tanpa adanya bulan kering.

Sedangkan di kawasan Aketajawe berdasarkan stasiun pengamat cuaca PT. Weda Bay Nikel (2001), rata-rata curah hujan maksimum 545,2 mm terjadi bulan Juli dan minimum 57,5 mm pada bulan Januari Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 21,90 C (bulan Juni)  sampai 35,50 C (Agustus), kelembaban udara berkisar antara 48 % (Pebruari) sampai 98 % (Juli, Agutus). Periode basah (curah hujan > 200 mm) berlangsung selama 3 bulan (Mei – Juli) dan bulan kering (curah hujan < 60 mm) berlangsung selama 3 bulan (Nopember – Januari).

 

Topografi

Berdasarkan peta kelas lereng skala 1 : 750.000, kawasan TN Aketajawe Lolobata mempunyai topografi berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung dengan beberapa kelas lereng yaitu  0 – 2 %, 2 – 15 %, 15 – 40 % dan > 40 %.  Ketinggian tempat dalam kawasan ini sangat bervariasi, mulai dari ± 400 m – 1.206 m dari permukaan laut, dengan beberapa gunung seperti Gunung Iga (± 1.130 m), Gunung Manyasal (± 895 m), Gunung Popudo (± 975 m) dan Gunung Isalei (± 1.070 m) dan Gunung Towongo, Gunung Momomomjoi. Berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut,  kawasan TN Aketajawe Lolobata dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

  • Dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 500 m dpl, dan
  • Dataran tinggi dengan ketinggian 500 – 1500 m

Curah Hujan

Rata-rata curah hujan tahunan di Stasiun Pengamatan PT Weda Bay Nickel (Santa Monica dan Wosea) masing-masing adalah 3.702 mm dan 2.561 mm. Umumnya, perioda terbasah dan hujan terlebat terjadi pada bulan Juli (393 mm di Santa Monica dan 537 mm di Wosea) dan pada bulan September (432 mm di Santa Monica dan 421 mm di Wosea).

Dari catatan, tampak bahwa curah hujan di Santa Monica (rata-rata curah hujan bulanan adalah 309 mm), 30% – 50% lebih tinggi daripada di Wosea (rata-rata curah hujan bualanan adalah 213 mm), yang menujukkan ada hubungan antara gradien curah hujan dengan ketinggian. Curah hujan bulanan pada periode 2004 sampai 2007 berkisar antara 127 mm (Oktober) sampai dengan 432 mm (September) di Santa Monica dan antara 15 mm (Oktober) sampai 537 mm (Juli) di Wosea (WBN, 2008).

Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Maluku Utara, kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata tersusun atas jenis tanah Inceptisol, Entisol, Alfisol dan Mollisol. Dari keempat jenis tanah tersebut, jenis tanah inceptisol merupakan jenis tanah yang paling dominan setelah jenis tanah Mollisol.

Inceptisol merupakan tanah yang belum matang (immature) dan memiliki perkembangan profil lebih lemah dibanding dengan tanah matang. Selain itu, jenis tanah ini juga masih banyak menyerupai sifat dari bahan induknya. Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

Tanah yang termasuk ordo Entisol adalah tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll

Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ternate Maluku Utara tahun 1980, kawasan TNAL tersusun dari beberapa formasi geologi, yaitu:

Pada Kawasan Blok Aketajawe

  1. Batuan gunung api
    • Formasi kayasa: breksi, lava, dan tufa bersusunan andesit dan basal.
    • Formasi bacan: breksi, lava, dan tufa bersusunan andesit dan basal.
  2. Batuan sedimen
    • Formasi tingteng: batu gamping hablur, batuan gamping, napal, dan batu pasir.
    • Formasi weda: batu pasir, napal, tufa, konglomerat, dan batu gamping.

Pada Kawasan Blok Lolobata

  1. Batuan sedimen
    • Formasi dorosagu: batu pasir, batu lanau, batu lempung, serpih, konglomerat, dan batu gamping.
    • Formasi weda: batu pasir, napal, tufa, konglomerat, dan batu gamping.
    • Formasi tingteng: batu gamping hablur, batuan gamping, napal, dan batu pasir
    • Formasi dodaga: batu lanau, serpih, batu pasir, napal, dan batu gamping.
  2. Batuan gunung api
    • Formasi bacan: breksi, lava, dan tufa bersusunan andesit dan basal.
  3. Batuan beku
    • Kompleks batuan ultrabasa: serpentinit, dunit, basal, gabro, dan diabas.

Topografi
Secara umum, kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobat memiliki kondisi topografi kawasan yang cukup bervariasi, mulai dari yang bertopografi datar, bergelombang, hingga bergunung, tetapi tidak ada satupun gunung yang besar. Berdasarkan peta kelas lereng, kawasan TNAL memiliki kelas lereng yang bervariasi dari kelas 0 – 8 % sampai dengan kelas > 40 %.

Kelas lereng 0-8 % sebagian besar berada di wilayah tengah sedangkan di wilayah blok lolobata wilayah perbatasan sebagian besar memiliki kelas lereng 25 – 40 %. Kawasan TNAL secara keseluruhan sebagian besar memiliki kelerengan 25 – 40 % dan bahkan ada yang >40%.

 
Hidrologi

Terdapat 23 sungai yang berhulu di dalam kawasan TN Aketajawe Lolobata, 14 sungai di blok Aketajawe dan 9 sungai di blok Lolobata. Untuk blok Aketajawe, Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar yang masuk ke dalam kawasan taman nasional adalah DAS Akekobe (meliputi 40,5 persen dari blok kawasan taman nasional), DAS Aketayawi (23,7 persen), dan DAS Akefidi (9,8 persen). Sedangkan untuk blok Lolobata, DAS terluas dalam kawasan adalah DAS Akelamo (56,7 persen), DAS Onat (23,8 persen), dan DAS Gogaili (5,2 persen).